Jumat, 24 April 2015

MIKROBA DI SEKITAR KITA

                             BAKTERI PADA SPREI AKU, KAMU, DAN KITA SEMUA



     Tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas kesehatan seseorang salah satunya bergantung pada kualitas tidur orang tersebut. Jika tidurnya cukup, sesuai dengan standard dan aturan maka dia akan lebih sehat. Dan sebaliknya, jika tidurnya kurang, terlalu banyak bergadang, bahkan mengalami insomnia maka kesehatannya akan terganggu.

      Tidur yang berkualitas ditentukan oleh factor kebersihan diri, kebersihan kamar tidur termasuk perangkat tidurnya yaitu kasur berikut spreinya. Dengan sprei yang bersih dan nyaman, maka seseorang akan lebih nyaman untuk tidur. Namun banyak orang-orang yang mengabaikan kebersihan sprei. Mungkin bukan karena tidak peduli, namun karena tidak tahu bahwa sprei yang kelihatan bersih sekalipun memiliki tempo waktu untuk diganti secara rutin. Mungkin terlihatnya masih bersih, walau sudah 3 pekan sprei Anda tidak dicuci. Tidak beraroma aneh, masih kelihatan tidak bernoda, masih nyaman. Tapi dibawah kemampuan penglihatan kita yang terbatas. Berkeliaranlah kutu dan tungau  dan mikroba lainnya, yang siap menyebabkan infeksi penyakit kulit pada kulit kamu

A.    Bakteri yang terdapat pada sprei


     Salah satu mikroba jenis bakteri yang suka hidup dan tinggal di sprei kamu adalah Staphylococcus aureus

     Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak.

     Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35 ̊C – 37 ̊C dengan suhu minimum 6,7  ̊C dan suhu maksimum 45,4  ̊C. tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya.  Waktu yang diperlukan bakteri ini untuk pembelahan sel nya adalah 0,47 jam.

     Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri (Jawetz et al.,1995 ; Novick et al.,2000).

     Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase (Warsa, 1994).

     Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan (Setiabudy, 1995).

B.    Nutrisi yang diperlukan bakteri untuk pertumbuhannya

     Seperti halnya jasad hidup pada umumnya, bakteri memerlukan energy dan bahan – bahan untuk membangun selnya (untuk sintesis protoplasmanya dan bagian –bagian sel lainnya). Bahan – bahan tersebut dinamakan nutrient. Nutrient-nutrient yang diperlukan bakteri adalah sebagai berikut:

a.    Air
Semua jasad khemosintetik memerlukan suatu sumber energy dalam bentuk donor H yaitu berupa substrat yang dapat dioksidasi. Air merupakan komponen utama di dalam sel mikrobia dan medium. Fungsi air sebagai sumber oksigen untuk bahan organik sel pada respirasi. Selain itu air berfungsi sebagai pelarut dan alat pengangkut dalam metabolisme (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).

b.    Sumber energi
Ada beberapa macam sumber energi untuk mikrobia, yaitu senyawa –senyawa organik dan atau senyawa –senyawa anorganik yang dapat dioksidasi serta cahaya matahari (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).


c.    Sumber karbon
Organisme yang berfotosintesis dan bakteri yang memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik menggunakan secara khas bentuk karbon yang paling teroksidasi, CO2, sebagai satu-satunya sumber utama karbon selular. Perubahan CO2, menjadi unsur pokok sel organik adalah reduktif yang memerlukan pemasukan bersih energy (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).

d.    Sumber nitrogen
Nitrogen adalah salah satu unsur yang diperlukan oleh semua jasad hidup untuk sintesis protein asam nukleat dan senyawa senayawa lain yang mengandung nitrogen. Atmosfer bumi mengandung hampir 80% N2 Atmosfer diatas setiap hektar tanah-tanah subur diperkirakan mengandung lebih dari 30000 ton nitrogen. Selama adanya pertumbuhan, mikroorganisme membebaskan enzim–enzim proteolitik–proteolitik yang dapat merombak senyawa–senyawa protein menjadi asam amino. Sejumlah nitrogen sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan, karena nitrogen tersebut terkandung di dalam protein dan asam nukleat. Dalam hal memperoleh nitrogen setiap organisme berbeda-beda, ada yang dengan cara menggunakan gas nitrogen dari udara dan ada juga yang menggunakan sumber nitrogen anorganik, seperti garam-garam ammonium. Tapi ada juga yang menggunakan sumber nitrogen organik, seperti glutamik dan asparagin (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).

e.    Sumber Belerang
Belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk bagian struktur beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan merionil protein. Belerang dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).

f.    Sumber phospor
Fosfat (PO4) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti NAD, NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen dinding sel ( teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah bergugus fosfat. Fosfat selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas (Pi) (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).


g.    Sumber oksigen
Untuk sel, oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO2 dan dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banyak organisme yang tergantung dari oksigen molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi ke dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau hidrokarbon aromatic yang berantai panjang (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).


h.    Sumber mineral penting
Mineral merupakan bagian dari sel, unsur penyusun utama sel adalah karbon, oksigen, nitrogen, hidrogen, fosfor, dan unsur mineral lainnya yang diperlukan oleh mikrobia adalah K, Ca, Mg, Na, S, Cl.
Sedangkan yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit adalah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo dan Al. Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi sebagai pengatur tekanan osmose, kadar ion hidrogen, permeabilitas, potensial oksidasi reduksi suatu medium (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005).

i.    Faktor pertumbuhan ( growth factor)
Faktor tumbuh ialah senyawa organik yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan (sebagai prekursor, atau penyusun bahan sel) dan senyawa ini tidak dapat disintesis dari sumber karbon yang sederhana. 9 Faktor tumbuh sering juga disebut zat tumbuh dan hanya diperlukan dalam jumlah sangat sedikit. Berdasarkan struktur dan fungsinya dalam metabolisme, faktor tumbuh digolongkan menjadi asam amino, sebagai penyusun protein; basa purin dan pirimidin, sebagai penyusun asam nukleat; dan vitamin sebagai  gugus prostetis atau bagian aktif dari enzim. (Jawetz, Melnick, Adelberg, 2005)


C.    Cara bakteri Staphylococcus aureus menginfeksi tubuh kamu


     Ada banyak cara bagi bakteri ini untuk bias menginfeksi tubuh kamu. Misalnya dengan kontak langsung. Saat kamu merebahkan tubuhmu di atas kasur dengan sprei yang lama tidak dicuci, maka bakteri ini dapat berkontak langsung dengan kulit kamu. Terlebih lagi pada kulitmu terdapat luka yang terbuka, hal tersebut akan meningkatkan infeksi oleh bakteri ini, Penyakit stafilokokus kulit biasanya menghasilkan koleksi lokal nanah, yang dikenal sebagai abses, bisul, atau furunkel, jerawat tergantung pada jenis yang tepat dari lesi yang hadir. Daerah yang terkena mungkin merah, bengkak, dan nyeri. Drainase atau nanah adalah umum. Ketika Staph adalah dalam darah (bakteremia atau sepsis), dapat menyebabkan demam tinggi, menggigil, dan tekanan darah rendah. nfeksi kulit (lihat di atas) adalah jenis yang paling umum dari penyakit yang diproduksi oleh Staphylococcus aureus. Infeksi Staph dari kulit dapat berkembang menjadi impetigo (pengerasan kulit dengan kulit) atau cellulitis (peradangan lapisan lebih dalam dari kulit dan jaringan ikat di bawah kulit, menyebabkan pembengkakan dan kemerahan dari daerah). Dalam wanita menyusui, Staphylococcus aureus dapat menyebabkan mastitis (radang payudara) atau abses payudara. Staphylococcus aureus abses payudara dapat melepaskan bakteri ke dalam susu ibu.
   

     Selain menginfeksi melalui kontak langsung dengan kulitmu, bakteri Staphylococcus aureus juga dapat menginfeksi melalui inhalasi atau pernapasan. Ketika kamu tidur dengan posisi tengkurap atau mencium gulingmu dengan sprei yang kotor, maka bakteri ini akan masuk ke tubuhmu melalui rongga hidung. Ketika bakteri masuk ke aliran darah dan menyebar ke organ lain, sejumlah infeksi serius dapat terjadi. Penyebaran organisme ke aliran darah yang dikenal sebagai bakteremia atau sepsis. Pneumonia stafilokokus terutama mempengaruhi orang-orang dengan penyakit paru-paru yang mendasari dan dapat menyebabkan pembentukan abses dalam paru-paru. Infeksi pada katup jantung (endokarditis) dapat menyebabkan gagal jantung. Penyebaran Staphylococcus ke tulang dapat mengakibatkan peradangan parah tulang yang dikenal sebagai osteomyelitis. Ketika bakteri Staph yang hadir dalam darah, kondisi yang dikenal sebagai sepsis staphylococcal (infeksi yang luas dari aliran darah) atau memang ada bakteremia stafilokokus. Sepsis stafilokokus adalah penyebab utama syok dan peredaran darah, menyebabkan kematian, pada orang dengan luka bakar parah di daerah yang luas dari tubuh. Bila tidak diobati, Staphylococcus aureus sepsis membawa kematian seorang (kematian) tingkat lebih dari 80%. Meskipun tidak umum, Staphylococcus aureus telah dilaporkan sebagai penyebab sepsis korioamnionitis dan neonatal pada kehamilan, tetapi kelompok B streptokokus adalah bakteri penyebab paling umum dari kondisi ini yang mengancam jiwa bagi janin.


D.    Untuk mengontrol atau meminimalisir pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada sprei kamu, adalah dengan :

1.    Mencuci dan mengganti sprei seminggu sekali
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa Staphylococcus aureus dapat hidup pada rentangan suhu 35 ̊C – 37 ̊C dan ph optimum untuknya hidup ialah 7. Dengan kamu mencuci sprei menggunakan detergen yang rata-rata memiliki ph 10-12 maka akan mematikan bakteri tersebut. Untuk hasil yang lebih baik lagi, maka kamu bias mencuci sprei kamu dengan air dengan suhu hangat diatas 50 ̊C. dengan begitu kamu bias mendapatkan sprei yang bersih dari bakteri ini.


2.    Menjaga kebersihan tubuh
Poin yang kedua ini juga tidak kalah penting. Saat kamu baru pulang dan masuk ke dalam kamarmu, janganlah kamu langsung tidur. Tubuh kamu yang berkeringat dan lengket membawa sangat banyak bakteri. Kalau kamu langsung tidur di kasurmu, maka hal itu akan menambah kuantitas mikroba pada sprei kamu yang akan berdampak buruk bagi tubuhmu. Segera lah mandi dan berganti pakaian yang bersih.

3.    Biasakanlah cuci tangan
Banyak orang menyepelekan hal yang satu ini. Padahal dari tindakan kecil inilah kita dapat meminimalisir pertumbuhan mikroba.

4.    Menjaga kebersihan bagian kulit yang terluka
Apabila kulitmu terdapat luka, maka sering-seringlah membersihkannya dengan air dan menjaga luka tersebut agar tetap dalam keadaan kering. Karena luka pada kulit akan meningkatkan infeksi oleh bakteri. Jika luka pada kulitmu ditutup perban, maka seringlah juga untuk mengganti perbannya agar selalu dalam keadaan kering dan bersih.

Sekarang udah tau kaaaan?. Jadi ayo mulai sekarang jaga kebersihan sprei kasur kamu. Jangan jadi orang yang jorok yaa. Keep clean cleaning baby :*







                                                             DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N. Ornston. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 ( Alih bahasa : Nugroho & R.F.Maulany ). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Setiabudy, R. 1995. Pengantar Antimikroba. dalam: S.G. Ganiswarna, R. Setiabudy, F.D. Suyatna, dkk. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV.
Jakarta:Gaya Baru.

Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.

http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus

31 komentar:

  1. Artikel yang dibuat oleh Delsa ini sungguh menarik sekali karena memang terkadang kita melupakan kebersihan pada sprei tempat tidur, entah karena malas mencuci ataupun merasa sprei yang kita pakai belum terlalu kotor.. namun menurut informasi yang saya baca juga ternyata tidak hanya bakteri Staphilococcus saja yang dapat menempel pada sprei, akan tetapi pada saat istirahat di malam hari terdapat pula 0,1 gram bakteri Salmonella dan E.coli pada sprei kita, bisa di lihat di http://www.menshealth.co.id/kesehatan/antar.kita/amankan.bahaya.di.rumah.anda/004/004/88
    itu saja tambahan dari saya yaa delsa,, tulisanmu jayyid jiddan :-)

    BalasHapus
  2. Artikel yang dibuat oleh Delsa ini sangat menarik sekali karena memang terkadang remaja seperti kita suka melupakan kebersihan pada sprei tempat tidur, entah karena malas mencuci ataupun merasa sprei yang kita pakai belum terlalu kotor.. namun menurut informasi yang saya baca juga ternyata sering kali dapat menyebabkan penyakit ashma pada remaja seperti kita, dapat di lihat di http://doktersehat.com/bahaya-jarang-ganti-sprei/
    itu saja tambahan dari saya, syukron :-)

    BalasHapus
  3. untuk amel, iya terima kasih sudah mau membaca dan menambahkan. memang sebetulnya sangat banyak mikroorganisme yang hidup di sprei kasur kita. tidak hanya Staphylococcus aureus saja, tetapi banyak jenis bakteri lainnya, seperti spesies yang telah amel sebut diatas. juga yang paling orang banyak ketahui adalah hewan tungau dari filum arthropoda. tetapi disini saya memang memilih untuk menjelaskan satu jenis mikroorganisme saja, agar lebih spesifik dan ringkas tentunya. terima kasih amel :)

    BalasHapus
  4. untuk seli, terimakasih sudah mau membaca dan menambahkan. memang banyak jenis penyakit yang ditimbulkan akibat kotornya sprei kita. maka dari itu menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga kebersihan sprei kasur kita. terimakasih seli :)

    BalasHapus
  5. cukup menarik artikel kamu ;). ternyata seprai selama ini yang kita sering pake buat tidur ada bakterinya juga ya padahal saya anggap itu bersih :D. bagus di artikel kamu udah banyak menjelaskan bakteri di seprei bisa timbul karena dari aktifitas kita sehari- hari yang ketika lelah kita langsung saja tidur di kasur. tanpa kita sadari sumber penyakit atau bakteri yang terbawa dari tubuh kita sendiri. tapi saya mau tambahkan info ;). bakteri di seprei bisa dikurangi atau bisa mati di suhu yang ekstrim yaitu pada suhu 140 ° F yang dilakukan dengan pengeringan dan pada proses pengeringan pertama pada suhu 77 ° F selain itu untuk menghilangkan bakteri di seprei bisa dengan deterjen, pemutih klorin, amonia dan hidrogen peroksida yang paling sukses adalah sterilisasi sprei. dan kamu bisa lihat info sleanjutnya di referensi ini --> http://thehousingforum.com/how-often-should-you-change-your-bed-sheets/ . makasih ;).

    BalasHapus
  6. artikel yang menarik ya delsa, sangat menyadarkan kita untuk selalu menjaga kebersihan di kamar kita... sekedar menambahkan ya del, ini berdasarkan http://eprints.uns.ac.id/10417/1/186792811201111221.pdf berisi skripsi penelitian bahwa, untuk menurunkan tingkat aktivitas bakteri Staphylococcus aureus bisa ditambahkan sebuah zat pada kain katun yang biasa dipakai dalam penggunaan bahan sprei, pakaian dan lainlain... Daya hambat komposit kitosan/Ag dengan pengemban SiO2 pada kain katun sebelum pencucian lebih besar daripada setelah pencucian dan optimum pada konsentrasi komposit kitosan/Ag 0.1% (b/v) terhadap aktivitas pertumbuhan bakteri S.aureus . walaupun masih ada kekuangan pada penggunaan kitosan ini karena jka konsentrasi DD atau derajat deasetilas kitosan yang digunkan terlalu tinggi malah akan menimbulkan bakteri lain yang tumbuh karena kandungan nitrogen pd DD atau derajat deasetilas kitosan

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Dimanapun kita berada mungkin tidak lepas dari bakteri ya :D penjelasan artikel ini bermanfaat buat saya untuk selalu mengganti sprei. Menurut Laura Bowater, seorang ahli mikrobiologi dari University of East Anglia berdasarkan (http://wolipop.detik.com/read/2015/02/08/123814/2826773/1135/bahayanya-jika-tidak-cuci-sprei-dan-kasur-secara-rutin) merekomendasikan mencuci sprei minimal seminggu sekali, menggunakan air panas dengan suhu 60 derajat Celcius. Air panas ini berfungsi membunuh bakteri dan mencegahnya bermukim di kain.
    Jemur sprei dan sarung bantal langsung di bawah matahari jika memungkinkan, karena cahaya matahari efektif membunuh mikroorganisme. Setrika juga dengan suhu panas (sekitar 100 derajat Celcius) untuk membunuh bakteri yang masih tertinggal setelah pencucian.
    Hanya itu yang bisa saya tambahkan delsa , terimakasih :)

    BalasHapus
  9. artikelnya sangat bagus dan informatif. sebagai anak kos kadang saya malas untuk mengganti sprei karna jika mencuci di kosan susah juga karna lumayan besar. tapi setelah membaca artikel ini saya jadi tau akan pentingnya mengganti sprei :D tapi saya mau menambahkan, salah satu faktor lain yang menyebabkan adanya mikroba dan tungau di sprei adalah kurang menjaga kebersihan kasur, bantal dan selimut juga karna saya baca di http://health.liputan6.com/read/484826/ini-waktu-yang-tepat-untuk-ganti-peralatan-harian-anda Kasur semestinya diganti atau dicuci setiap 8 hingga 10 tahun. Penelitian menunjukkan kalau kasur mengalami kelembapan pada periode tersebut.

    "Kasur rata-rata memiliki debu tungau lebih dari 10.000 dan ketika digunakan, debu tungau bertambah menjadi dua juta,"Jelas peneliti.. trimakasih delsa :)

    BalasHapus
  10. artikel yang bagus delsa, sangat informatif :)
    yang tadinya sprei dianggap tak bermikroba ternyata membaca paparan diatas delsa menyebutkan ada beberapa bakteri yang terdapat di sprei jika sprei tersebut tidak dibersihan atau diganti secara rutin. karena bukan dari spreinya saja asal bakteri, tetapi juga bisa dari tubuh kita yang langsung saja tidur. hehe
    menjaga kebersihan sprei sangat penting, demi kenyamanan dan kesehatan kita juga yang tidur diatasnya. jika tidak dibersihkan secara rutin, sprei tersebut bisa menjadi menyebabkan penyakit kulit akibat dari pembiakan mikrobanya. bisa dilihat di link berikut untuk jelasnya : http://sinarpelangionline.com/artikel-1421-pembiakan-mikroba-karena-sprei-kotor-berdampak-pada-penyakit-kulit.html
    terimakasih, semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  11. Artikel yang dibuat oleh Delsa sangat menarik. Ternyata di sprei terdapat banyak bakteri, salah satunya Staphilococcus aureus. Staphilococcus aureusini ternyata dapat menyebabkan penyakit. Hal ini terjadi karena kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat di produksinya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat di sini http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/140/jtptunimus-gdl-isrochatun-6954-3-babii.pdf
    Terima kasih Delsa..

    BalasHapus
  12. artikel yang bagus delsaaa, saya sebagai pembaca jadi lebih waspada lagi dan harus memperhatikan kebersihan. sprei berfungsi penting tentunya bagi kita, karena setiap hari aktivitas kita pasti melibatkan sprei. kelihatannya sih masih bersih tapi ternyata sprei yang kita gunakan sudah bayak bakteri bersarang dan dapat menyebabkan penyakit. bahaya sprei yang jarang digant lainnya dapat dilihat di http://doktersehat.com/bahaya-jarang-ganti-sprei/. semoga bermanfaat yaa :)

    BalasHapus
  13. menarik sekali artikel delsa ini,,, sedikit tambahan mungkin untuk mencegah kita terinfeksi dari bakteri bakteri yang ada di sprei kita gantilah secara rutin spreinya jangan lupa di cuci mungkin kalau bisa gunakanlah sprei yang antibakteri sekarang sudah banyak dipasaran. untuk bahaya tidak mengganti sprei bisa dibaca di http://doktersehat.com/bahaya-jarang-ganti-sprei/ sebagai bahan bacaan tambahan buat delsa. terima kasih :D

    BalasHapus
  14. Artikel ini menyadarkan saya untuk rajin mengganti sprey dan mencucinya, mengingat tidak sedikit aktivitas yang saya lakukan di atas kasur yang memungkinkan bakteri untuk berkembang lebih luas. Dari sumber yang saya baca, ada waktu-waktu khusus yang diharuskan untuk sering mengganti sprey yaitu saat ada yang sakit. Jika ada orang sakit maka cucilah sprei setiap hari agar si penderita sakit tidak terjangkit oleh kuman. Namun selain waktu khusus tersebut, ada yang merekomendasikan untuk mengganti sprei seminggu sekali. Ada pula yang menggantinya dua minggu atau sebulan sekali, tergantung kebutuhan.

    Tidak hanya sprei, bantal pula perlu dibersihkan minimal dua kali setahun. Bantal dapat menjadi sarang jamur atau bakteri yang akan menyebabkan diare, asma atau bronkhitis. penjelasan selengkapnya dapat dilihat di:
    http://www.teruskan.com/12604/kapan-harus-mengganti-sprei-kasur.html
    Di link tersebut juga dijelaskan, untuk mencerahkan sprei yang sudah luntur, bisa menggunakan air perasan lemon ketika merendamnya dengan air hangat :)

    BalasHapus
  15. yaa.. kebersihan speri sangatlah penting bagi tubuh kita, apalagi untuk yang hobi tidur. pasti tubuh memiliki waktu lama untuk berkontak langsung dengan sprei. adapun faktor lain penyebab penyakit yang ditimbulkan dari sprei, seperti sesak nafas. itu dikarenakan penggunaan obat nyamuk (baik semprot, maupun bakar), selain itu ada pula debu-debu yang menempel pada sprei (debu kamar, debu yang terbawa oleh kita,dll) yang akan menyebabkan banyak penyakit.
    untuk selengkapnya menggunakan sprei yang baik dapat dilihat di http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-aguswirawa-5641-2-babiis-n.pdf
    trim's

    BalasHapus
  16. setelah saya membaca artikel ini, saya langsung buru-buru mengganti sprei yg hampir sebulan blm diganti. karena bakteri memang kasat mata dan tentunya ada dimana-mana dalam kehidupan kita. bukan hanya sprei, tapi kain jenis lainnya juga terdapat bakteri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen Microbiology & Immunology Universitas New York menunjukan bahwa kuman dan bakteri yang menempel pada pakaian dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Beberapa jenis bakteri yang ditemukan pada pakaian, sprei, handuk, sarung bantal dan peralatan berbahan kain lainnya diantaranya adalah Staphylococcus Aureus, E Coli, Klebsiella Pneumoniae, dan Pseudomonas. Beberapa jenis bakteri tersebut berpotensi menyebabkan infeksi kulit hingga mencemari makanan sehingga dapat menyebabkan penyakit serius bagi manusia. http://www.enesis.com/health/detail/id/73

    Terimakasih
    Suxes slaloe Delsa.!! ;-D

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. Artikel yang dibuat sangat menambah wawasan kita mengenai bakteri yang terdapat pada sprei berupa bakteri S. aureus. Banyak cara bakteri S. aureus menginfeksi kita waktu tidur dari kontak langsung dengan sprei dan melalui pernapasan saat kita tidur. Kita harus waspada pada pertumbuhan bakteri pada sprei kita. Ternyata bakteri pada sprei sangat banyak dan dapat menimbulkan penyakit bagi tubuh yang cukup menakutkan seperti paru-paru sampai dengan kematian. Artikel tersebut mengingatkan kita untuk menjaga kebersihan diri, kebersihan rumah dan sampai kebersihan kamar tidur. Bakteri S. aureus sangat menakutkan jika sudah masuk kedalam tubuh.
    Kita tidak tahu, apakah bakteri pada sprei sudah masuk kedalam tubuh atau belum bukan? Dengan mengganti sprei maupun menjaga kebersihan dapat dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan mikroba pada sprei dan kita juga harus menjaga tubuh kita dengan memakan makanan yang sehat dan meminum vitamin agar tubuh kita teteap sehat dan fit. Manfaat makanan sehat untuk tubuh adalah makanan yang mengandung keseimbangan gizi yag sempurna yang dibutuhkan tubuh sehingga vitalis dan kesehatan tubuh terjaga. Dengan kesehatan tubuh yang baik maka manfaat makanan sehat pun terasa, aktivitas kitapun menjadi lacar dan kita pun akan terlindungi dari berbagai macam penyakit. dapat dibaca http://www.academia.edu/9421196/BULLET_1._PENGARUH_MAKANAN_DAN_MINUMAN_SEHAT_TERHADAP_KESEHATAN_TUBUH_Oleh untuk melengkapi dan menjadi informasi baru bagi artikel yang dibuat.

    BalasHapus
  19. Terima kasih Delsa telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat. Bertambah sekali pengetahuan saya mengenai bakteri dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam sprei kita tempat beristirahat sehari-hari. Dalam artikel ini sudah sangat bagus ijelaskan dengan jelas terlebih lagi para pembaca yang memberikan komentarnya semakin menambah informasi dalam artikel ini. Izin menambahkan sedikit yaa Delsa, untuk lebih bagusnya lebih baik disertakan gambar dan klasifikasi dari bakteri tersebut, agar para pembaca lebih mengetahui bakteri yang Delsa maksud. Sebagai contoh dalam sumber yang saya baca
    Domain: Bakteri
    Kingdom: Eubacteria
    Filum: Firmicutes
    Kelas: Coccus
    Order: Bacillales
    Keluarga: Staphylococcaceae
    Genus: Staphylococcus
    Spesies: S. aureus
    Untuk lebih jelasnya silahkan dibaca pada sumber berikut https://www.academia.edu/10000603/staphylococcus_aureus semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  20. wah artikel delsa sangat informatif sekali, saya jadi tahu ternyata di sprei ada bakteri juga :( saya jadi lebih menjaga kebersihan pada sprei di rumah, dan harus sering dicuci ya supaya mengurangi mikroba yang ada:) terimakasih delsa sudah membuat artikel yg bermanfaat ini sukses selalu^^

    BalasHapus
  21. terima kasih delsaaaaaa atas informasinya :) semoga kita semua semakin sadar akan menjaga lingkungan yang bersih, terutama kebersihan tempat tidur, karena pasti kita akan memakai tempat tidur ketika kita hendak istirahat setiap harinya. bakteri pada kasur sama dengan bakteri yang menginfeksi kulit pada artikel kak della. saya jadi lebih tahu kalau bakteri ini hampir terdapat dimana-mana apalagi ia dapat hidup optimal pada suhu sekitar 36 derajat celcius sampai 37/38 derajat celcius. selain pada kulit, kasur , bakteri ini juga terdapat pada makanan, bayi dan rongga mulut, wah bakteri mendominasi sekali ya ;D. terima kasih :)

    BalasHapus
  22. Subhanallah, artikelnya sangat bagus Delsa, pada sprei saja bisa terdapat bakteri yaa, menambah wawasan sekali artikel yang dibahas oleh Delsa.
    Menambahkan saja bahwa kita sebagai umat muslim, sudah seharusnya menjaga kebersihan karen kebersihan adalah sebagian dari iman. Adapun adab untuk membersihkan tempat tidur sebelum tidur, sebagai seorang ilmuwan ataupun scientist, hal ini perlu dilakukan karena berdampak kepada masalah kebersihan di sekeliling tempat tidur kita. Dari segi agama pun telah dibahas bahwa adanya adab membersihkan tempat tidur.
    Subhanallah, dari artikel yang disampaikan Delsa kita bisa mendapat 2 ilmu sekaligus terkait dengan ilmu science sekaligus ilmu agamanya.
    Selengkapnya dapat dilihat pada link dibawah ini
    http://www.mediasalaf.com/fiqih/adab-ketika-akan-tidur/
    Terimakasih Delsa, semoga bermanfaat :)

    BalasHapus
  23. Artikel delsha menarik dan komunikatif :D
    Sebagai tambahan tidak hanya S.aureus yang terdapat pada sprei, tetapi dari sumber http://www.menshealth.co.id/kesehatan/antar.kita/amankan.bahaya.di.rumah.anda/004/004/88 Menurut Charles Gerba, Ph.D., mikrobiologis dari University of Arizon juga ditemukan setidaknya 0,1 g kotoran, bakteri salmonella dan E.coli pada sprei.

    Nah seperti itu delsha, Terima Kasih :D

    BalasHapus
  24. ouh ternyata bakteri staphylacoccus aereus ini merupakan bakteri yang berada disprei juga, berarti bakteri emang berada dimana-mana ya . hehe
    saat membaca artikelnya saudari gina saya baru tahu bahwa bakteri ini penyebab penyakit bintitan, nah sekarang membaca artikel delsa ternyata bakteri ini berada di sprei. sedikit muncul pertanyaan mungkinkan ada hubungannya ??? sedikit penambahan juga untuk menambah wawasan kita akan bakteri ini , bisa dibaca selengkapnya di http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf. semoga bermanfaat :D
    artikel mu menarik dan informatif delsa :D

    BalasHapus
  25. artikel yang disampaikan delsa sangat menarik dan informatif, karena terkadang kita malas untuk sering-sering mencuci sprei kita, apalagi kalau tinggal di kosan yang tidak terdapat mesin cuci, jika di laundry biayanya pun lumayan. tapi karena artikel ini kita seperti ditegur karena sprei yang jarang dibersihkan menjadi sarang penyebab penyakit. pembahasan yang disampaikan oleh Delsa sangat lengkap ditambah lagi deng komentar teman-teman yang lain. agar lebih lengkap lagi, ada baiknya diberikan klasifikasi pada bakteri tersebut seperti pada digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11341
    Good Job Delsa! :D

    BalasHapus
  26. artikel yang sangat menarik dan bagus delsa, jadi benar-benar yakin kalau mikroba dapat hidup dimana saja, setuju banget sama delsa bahwa unutk meminimalisir mikroba pada sprei tentunya kita harus menjaga keberishannya untuk memperkuat mengenai minimalisir mikroba pada sprei serta infeksinya terhadap tubuh kita dapat dibaca pada sumber berikut http://www.lianasprei.com/debu-dan-tungau-pada-sprei/. terima kasih delsa

    BalasHapus
  27. Artikel yang dibuat oleh Delsa cukup jelas dan sangat menarik sekali artikelnya, pada sprei banyak menyimpan bakteri jika kita tidak mencucinya bahkan sampe berbulan-bulan lupa mencucinya,
    Festi hanya ingin menambahkan, kapan waktunya ganti sprei dapat di lihat disini penjelasannya http://dillashop.com/kapan-waktunya-ganti-sprei. tentunya kita sadari bahwa orang dewasa sebagian besar waktunya di habiskan untuk tidur ya kira-kira 5-8 jam sehari di tempat tidur, apalagi jika masih anak-anak tentu lebih lama lagi waktunya 10-12 jam sehari, Nah ketika kita sedang tidur maka kulit kita akan mengeluarkan sel-sel mati yang menempel pada sprei, di samping itu sel kulit yang telah mati juga banyak kotoran dan menempel pada sprei. Terimaksih Delsa.

    BalasHapus
  28. Sangat menarik penjelasan delsa yang ada dikehidupan sehari-hari dan dekat dengan kita semua.Sprei. Menurut Charles Gerba, Ph.D., mikrobiologis dari University of Arizon, setiap kali Anda beristirahat di malam hari terdapat setidaknya 0,1 g kotoran, bakteri salmonella dan E.coli pada sprei Anda. Nah, silakan berhitung ada berapa banyak yang terkumpul selama Anda menggunakan sprei tersebut. Mencuci sprei minimal seminggu sekali. Menggunakan air panas jauh lebih baik, sebab bakteri dapat bertahan di air dingin atau air hangat.
    http://www.menshealth.co.id/kesehatan/antar.kita/amankan.bahaya.di.rumah.anda/004/004/88

    BalasHapus
  29. Terima kasih saudari Delsa telah memaparkan artikel tentang bakteri pada spei. Tenyata bakteri memang ada dimana-mana bahkan ditempat yang sering kita anggap sebagai tempat yang paling nyaman, karena disanalah 5-8 jam kita berbaring selama satu harinya. Namun sangat dibutuhkan kita dalam menjaga kebersihan karena pada artikel ini dijelaskan bahwa terdapat bakteri pada sprei kita. Salah satu mikroba jenis bakteri yang suka hidup dan tinggal di sprei adalah Staphylococcus aureus. Sebagian bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif, menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase (Warsa, 1994).
    Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan (Setiabudy, 1995).
    Telah disebutkan di atas bahwa bakteri S. aureus dapat mnyebabkan bermacam-macam infeksi. Oleh karena itu sangat diutamakan kebersihan sprei. Bicara tentang kebersihan sprei, maka kita bicara juga akan kebersihan kasur, karena sprei dan kasur dua barang yang tidak dapat terpisahkan. Kebersihan kasur juga dianjurkan agar terhindar dari bakteri S. aureus adapun cara membersihkan kasur dengan:
    1. Memakai vacuum cleaner
    2. Memakai baking soda untuk menghilangkan bau di kasur
    3. Membersihkan noda-noda pada kasur

    Info lebih lengkap dapa dibaca pada: http://www.penasains.com/2014/06/cara-mudah-untuk-membersihkan-kasur.html

    Semoga bermanfaat!
    Terima kasih ^^

    BalasHapus
  30. saya suka dengan artikel delsa ini . jadi ngeri dan bisa berhati-hati juga sih untuk lebih memperhatikan seprei kita, saya jadi tertarik juga membaca tips merawat seprei http://www.untukku.com/artikel-untukku/tips-merawat-bedcover-dan-sprei-anda-untukku.html
    .. terima kasih delsa :)

    BalasHapus
  31. artikel yang sangat bagus dan menarik sekali ca. Penambahan informasi dari teman-teman pun sudah cukup melengkapi. sedikit melengkapi saja bahwa air urine di serpai (disebabkan anak bayi atau anak kecil) atau biasa kita sebut ompol juga bisa melengkapi bakteri yang ada pada seprai (bakteri pada urin, sumber : http://klikdokter.com/tanyadokter/penyakit-dalam/bakteri-pada-pemeriksaan-urin)
    dari aktivitas mengompol inilah menyebabkan bakteri di urin berpindah ke seprai.

    BalasHapus